Rabu, Mei 27, 2009

Sindroma Premenstruasi

Seringkali perempuan yang datang ke praktek dokter mengeluhkan sakit kepala, sering uring uringan. gampang marah, dan kehilangan konsentrasi setelah ditelusuri ternyata selalu terjadi sebelum menstruasi. Gejala gejala ini dikenal dengan sindroma premenstruasi. Sindroma premenstruasi adalah gejala yang merupakan kombinasi dari fisikal distress, psikologikal, dan atau perubahan tingkah laku dimana gejala tersebut sangat parah sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Tipikal seorang wanita yang mengalami sindroma premenstruasi pada umumnya mendeskripsikan dirinya sebagai pribadi yang stabil, produktif dalam bekerja maupun aktivitas lain, dan bila ia memiliki anak, ia adalah seorang ibu yang baik. Meskipun seperti itu, dimulai pada hari ke 7-10 menuju awal periode menstruasinya, wanita tersebut sering terbangun di pagi hari dengan perasaan marah, cemas, atau sedih. Pada saat bekerja, wanita ini sulit berkonsentrasi dan suka bereaksi berlebihan terhadap segala hal di sekitarnya. Dia merasa depresi dan sakit kepala, namun ia tidak mengerti apa alasannya karena biasanya dia menikmati kehidupanya dan merasa bahagia.

Tidak jarang depresi, kemarahan dan sifat agresif, atau kecemasan begitu berlebihan dan berakibat membahayakan bagi wanita tersebut maupun lingkungan sekitarnya. Selain itu, beberapa wanita mengeluhkan kembung dan mudah tersinggung. Fluktuasi peningkatan berat badan juga dapat dialami pada sindroma premenstruasi hal ini disebabkan oleh sembelit atau bengkaknya dinding usus. Gejala lainnya adalah mudah lelah, nyeri dan keras pada payudara, berdebar-debar, dan nyeri otot. Gejala sindroma premenstruasi yang muncul pada tahun pertama bervariasi dari bulan ke bulan. Gejala tipikal sindroma premenstruasi muncul setelah ovulasi yang berkisar 2 minggu sebelum waktu menstruasi berikutnya, semakin memburuk seiring dengan dekatnya waktu menstruasi, dan membaik setelah menstruasi. Informasi mengenai stress atau tekanan yang berkaitan, baik dengan pekerjaan maupun kehidupan pribadi, dapat menimbulkan gejala sindroma premenstruasi.
Riwayat gangguan kesehatan sebelumnya terkadang memiliki kaitan dengan terjadinya sindroma premenstruasi. Kelainan kandungan seperti endometriosis dapat menimbulkan gejala dismenorea (nyeri ketika menstruasi). Selain itu terkadang terdapat gangguan organ lain yang memiliki gejala berkaitan dengan sindroma premenstruasi, seperti kelelahan yang dapat disebabkan oleh anemia, leukimia, (kanker darah) atau hipotiroid (kurangnya hormon tiroid di tubuh). Sakit kepala dapat berkaitan dengan gangguan di otak.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara hormon estrogen dengan sindroma premenstruasi. Gejala sindroma premenstruasi terjadi ketika terdapat penurunan kadar hormon estrogen, yaitu setelah terjadinya ovulasi (matang dan keluarnya sel telur dari indung telur). Pada penelitian didapatkan bahwa kondisi hipoestrogen (kurangnya hormon estrogen) pada wanita menopause dapat menyebabkan suatu kondisi depresi. Wanita dengan sindroma premenstruasi memperlihatkan gejala hot flashes (perasaan hangat di seluruh tubuh yang terutama terasa pada dada dan kepala) saat premenstruasi maupun ketika kondisi menstruasi yang sebenarnya merupakan gejala yang tipikal terjadi pada wanita menopause.

Pengobatan sindroma premenstruasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Edukasi dan konseling
Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya sindroma premenstruasi. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan sindroma premenstruasi untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedang terjadi
2. Modifikasi Gaya Hidup
a. Komunikasi.
Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut, sehingga memilih waktu lain untuk mendiskusikan masalah yang kontroversial. Grup konseling dengan psikiater juga dapat diterapkan
b. Diet.
Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan, dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi
c. Olahraga.
Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual molimina. Berolahraga dapat menurunkan stres dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami sindroma premenstruasi dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari
3. Obat-obatan
Apabila gejala sindroma premenstruasi begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi gaya hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan.
a. Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala sindroma premenstruasi seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) (namun tidak semua). Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum
b. Kontrasepsi oral (pil KB). Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala sindroma menstruasi seperti dismenorea dan menoragia namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood. Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala sindroma premenstruasi sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejalanya berkurang
c. Obat penenang seperti alprazolam atau triazolam dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.
d. Obat antidepresi hanya digunakan bagi mereka yang memilki gejala sindroma premenstruasi yang parah
Sumber : Klik-dokter

baca selengkapnya.....

Selasa, Mei 12, 2009

Pengobatan Tradisional VS Pengobatan Modern

Beberapa hari yang lalu ada iklan obat tradisional di salah satu media ternama yang mengatakan bahwa penyakit gagal ginjal disebabkan karena pemakaian obat obatan modern untuk hipertensi dan kencing manis yang dikonsumsi terus menerus. Padahal pemberian obat obatan modern tersebut selalu berdasarkan bukti (evidence-based medicine). Dimana khasiat obat, efek samping obat dan toksisitas obat tersebut sudah melalui berbagai tahap penelitian. Sudah separah itukah promosi obat tradisional dalam menjaring konsumen? Sebenarnya ilmu kedokteran modern tidak menyangkal efektivitas metoda obat tradisional untuk penyakit tertentu, selama telah dibuktikan melalui uji klinis yang memadai, atau pengobatan dengan metoda konvensional sudah tidak bermanfaat.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa obat-obat modern yang ada saat ini lahir dari sebagian obat herbal. Sebut saja quinine® yang berasal dari tanaman kina sebagai obat malaria, dan vincristine® (dari tanaman tapak dara) sebagai salah satu obat kanker. Kedua obat ini sebenarnya telah digunakan sejak dahulu sebagai obat tradisional, namun dosisnya belum dapat ditentukan. Baru setelah ditemukan suatu teknik pemurnian substansi yang efektif, takaran dan khasiatnya dapat diukur dan dikembangkan menjadi obat modern.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) nomor 246/Menkes/Per/V/1990, yang dimaksud dengan obat tradisional adalah setiap bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum (bubuk, kapsul, tablet), ditempelkan pada permukaan kulit atau mukosa (suppositoria/yang dimasukkan ke dalam lubang kemaluan atau lubang anus), tetapi tidak dalam bentuk obat suntik atau gas.
Ilmu kedokteran modern berkembang pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Inggris, Jerman, dan Perancis. Disebut juga ilmu kedokteran ilmiah dimana setiap pengobatan yang diberikan harus dibuktikan melalui proses uji klinis. Kedokteran berdasarkan bukti (evidence-based medicine) ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan cara kerja yang efektif dengan menggunakan metode ilmiah serta informasi sains global yang modern.
Begitupun dengan obat tradisional. Agar setara dengan obat modern, obat tradisional harus melalui berbagai tingkatan uji klinis. Jadi tidak hanya mengklaim khasiat pengobatan traditional dengan testimoni.
Berdasarkan tingkatan uji klinisnya, obat tradisonal dapat digolongkan menjadi :
1. Jamu (empirical based herbal medicine)
Jamu adalah jenis herbal yang belum melalui proses uji kelayakan, hanya berdasarkan pengalaman masyarakat.
2. Obat ekstrak alam (obat herbal terstandar/scientific based herbal medicine)
Obat tradisional yang telah diuji khasiat dan toksisitasnya (kandungan racun), namun belum diujicobakan penggunaannya pada pasien.
3. Fitofarmaka (clinical based herbal medicine).
Adalah obat traditional yang telah melalui tiga uji penting, yaitu
3.a. Uji praklinik
Uji khasiat dan toksisitas
3.b. Uji teknologi farmasi
Untuk menentukan identitas atau bahan berkhasiat secara seksama hingga dapat dibuat produk yang terstandardisasi,
3.c. Uji klinis kepada pasien.
Agar setara dengan obat modern, obat tradisional harus melewati berbagai proses tersebut. Apabila telah lulus uji klinis, obat herbal tersebut kemudian disebut fitofarmaka yang layak diresepkan oleh dokter dan dapat beredar di pusat pelayanan kesehatan.
Sejauh ini telah beredar 5-7 obat fitofarmaka yang sesuai standar farmasi modern, kesemuanya memiliki logo fitofarmaka pada kemasannya, yaitu tanda "akar hijau" menyerupai tanda salju dengan latar belakang berwarna kuning muda, dikelilingi lingkaran berwarna hijau muda. Logo ini merupakan tanda sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
Sebenarnya prinsip obat tradisional tidak jauh berbeda dengan obat modern. Apabila tidak digunakan secara tepat juga dapat mendatangkan efek buruk, sehingga tidak benar pernyataan yang beredar di masyarakat bahwa obat tradisional sama sekali tidak memiliki efek samping. Dan perlu diketahui bahwa tidak semua herbal memiliki khasiat dan aman untuk dikonsumsi, sehingga kembali lagi kepada para konsumen agar lebih teliti dalam memilih obat tradisional yang digunakan. Harus pula dibedakan antara istilah pengobatan komplementer dengan pengobatan alternatif.
Maksud pengobatan komplementer adalah bahwa obat tradisional tidak digunakan secara tunggal untuk mengobati penyakit tertentu, tetapi sebagai obat pendamping yang telah disesuaikan dengan mekanisme kerja obat modern agar tidak terjadi interaksi yang merugikan, sedangkan istilah pengobatan alternatif menempatkan obat tradisional sebagai obat pilihan pengganti obat modern yang telah lulus uji klinis. Bahkan pasien kanker yang mencari pengobatan ke Guangzhou mendapat obat modern dengan dibekali herbal cina sebagai suplemen. Jadi jangan hanya karena meletakkan harapan yang begitu besar kepada metoda pengobatan tradisional sehingga metoda pengobatan modern dilupakan begitu saja. Terkadang pengobatan tradisional yang tidak tepat guna hanya akan menunda proses pengobatan yang lebih optimal, sehingga alih-alih sembuh justru membuat penyakit semakin memburuk dan terlambat ditangani.

Sumber klik-dokter

baca selengkapnya.....

Kamis, Mei 07, 2009

Kencing Nanah (Gonorrhoeae/GO)

Kehidupan sekarang kalau tidak didasari iman yang kuat bisa terjerumus kedalam kehidupan sek bebas, yang beresiko munculnya penyakit menular seksual seperti kencing nanah (Gonorrhoeae). Selama praktek kasus kencing nanah cukup banyak dijumpai tidak hanya mengenai pria dewasa namun remaja dan dewasa muda sudah mulai banyak terjangkit. Gejala utama yang mendorong mereka mengunjungi dokter adalah kencing nanah yang terjadi paling tidak tiga hari setelah melakukan hubungan seksual. Kencing nanah merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan seksual, kontak secara langsung dengan nanah yang infektif. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya. Penyakit ini lebih sering menyerang remaja dan dewasa muda, serta lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita.


PENYEBAB
Kencing nanah (Gonorrhoeae) disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae. Bakteri ini dapat menular ke orang lain melalui hubungan seksual dengan penderita. Penyakit ini juga dapat menular dari ibu ke bayinya saat melahirkan. Kita tidak akan terinfeksi gonore dari pemakaian handuk bersama atau pemakaian WC dan kamar mandi umum.

GEJALA
Masa inkubasi kencing nanah (Gonorrhoeae) sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama. Pada wanita masa inkubasi sulit untuk ditentukan karena pada umumnya tidak menimbulkan gejala.
Gejala pada pria awalnya terdapat rasa gatal dan panas di sekitar saluran kencing, terdapat rasa nyeri saat buang air kecil dan keluar sekret/nanah kental berwarna keruh dari ujung saluran kencing yang kadang-kadang disertai darah. Bila infeksi sudah semakin lanjut, nyeri akan semakin bertambah dan sekret semakin kental dan keruh. Selain itu terdapat nyeri pada waktu ereksi dan terkadang terdapat pembesaran kelenjar getah bening di selangkangan.
Pada wanita kadang tanpa gejala, kalaupun ada gejalanya sangat ringan sehingga penderita tidak menyadarinya. Sebanyak 30%-60% wanita penderita gonorrhoeae tidak memberikan gejala. Gejala yang timbul dapat berupa nyeri saat buang air kecil, buang air kecil menjadi lebih sering, dan kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah. Selain itu, terdapat keputihan berupa sekret kental dan keruh yang keluar dari vagina.
Bila menyadari mempunyai gejala-gejala seperti di atas, atau mempunyai pasangan seksual dengan gejala di atas, perlu memeriksakan diri ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan, seperti mengambil sekret dari vagina ataupun penis untuk dianalisa.

PENGOBATAN
Pengobatan untuk kencing nanah (Gonorrhoeae) harus diberikan antibiotik yang tepat. Tidak hanya penderitanya saja yang diobati namun pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis Gonorrhoeae. Hal ini berlaku untuk pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual terakhir bila selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas seksual. Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati Gonorrhoeae, membasmi bakteri Neisseria Gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa.
Pilihan utama adalah penisilin dan probenesid. Antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore, antara lain:
1. Amoksisilin 2 gram dan probenesid 1 gram, diberikan peroral
2. Ampisilin 2-3 gram dan probenesid 1 gram, diberikan Peroral
3. Azitromisin 2 gram, diberikan peroral
4. Cefotaxim 500 mg, diberikan suntikan Intra Muskular
5. Ciprofloxacin 500 mg, diberikan peroral
6. Ofloxacin 400 mg, diberikan peroral
7. Spectinomisin 2 gram, diberikan suntikan Intra Muskular
Obat-obat tersebut diberikan dengan dosis tunggal.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah penularan Gonorrhoeae, gunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual. Jika menderita Gonorrhoeae, hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai. Walaupun sudah pernah terkena Gonorrhoeae, seseorang dapat terkena kembali, karena tidak akan terbentuk imunitas untuk Gonorrhoeae. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa untuk mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan. Selain itu, juga menyarankan para wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar. Yang terpenting adalah melakukan hubungan seksual yang sehat dengan hanya satu pasangan dan terikat dalam ikatan pernikahan.




baca selengkapnya.....

Senin, Mei 04, 2009

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks)


Tahun tahun terakhir ini kanker leher rahim menduduki peringkat pertama kanker pada wanita sekitar 18,5%. Penderita kanker leher rahim di Indonesia sekitar 33% dari seluruh penderita kanker. Setiap tahunnya di seluruh dunia lebih dari 500 ribu kasus baru kanker leher rahim diketahui, 80% terjadi di negara berkembang. Angka kejadian kanker leher rahim di Indonesia sekitar 100 kasus per 100.000 penduduk.
Pemeriksaan pap smear adalah alat deteksi dini kanker leher rahim. Di beberapa maju pap smear mampu menekan laju angka kesakitan dan kematian karena kanker leher rahim. Namun di negara negara berkembang termasuk Indonesia hal tersebut belum dapat terwujud karena beberapa kendala. Selain itu kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan mendeteksi dini masih sangat rendah. Saat ini telah tersedia pencegahan berupa imunisasi HPV (Human Papiloma Virus) karena dari penelitian diketahui penyebab terbanyak kanker leher rahim.


Penyebab Kanker Leher Rahim
Sekitar 90-99% penyebab kanker leher rahim adalah Human Papilloma virus (HPV). Penularan virus ini terkait erat dengan hubungan seksual yang tidak sehat. Ada beberapa infeksi virus HPV yang reda dengan sendirinya dan sebagian berkembang menjadi kanker leher rahim, sehingga dapat mengancam kesehatan anatomi wanita ini. Salah satu masalah yang timbul akibat infeksi HPV adalah sering kali tidak muncul gejala atau tanda yang tampak oleh mata. Hampir separuh wanita yang terinfeksi HPV tidak memperlihatkan gejala yang jelas dan wanita yang terinfeksi HPV tersebut tidak menyadari bahwa dirinya dapat menularkan virus ke orang sehat lainnya. Ada tiga golongan tipe HPV sebagai penyebab kanker leher rahim, yaitu : HPV resiko rendah (tipe 6 dan 11), HPV resiko sedang (tipe 33, 35, 40, 43, 51, 56 dan 58),dan HPV resiko tinggi(tipe 16, 18, dan 31).

Gejala Kanker Leher Rahim
Pada stadium awal kanker leher rahim tidak memperlihatkan gejala sehingga sulit untuk diketahui. Apabila kanker leher rahim sudah dalam stadium lanjut dapat memperlihatkan gejala gejala sebagai berikut :
1. Keputihan yang tidak sembuh sembuh, yang makin lama akan berbau busuk oleh karena infeksi dan pembusukan jaringan.
2. Perdarahan yang terjadi saat senggama (post coital bleeding), perdarahan yang dialami makin lama makin sering bahkan juga di luar senggama.
3. Rasa nyeri selama bersenggama.
4. Nyeri di sekitar daerah panggul akibat penyebaran sel sel kanker ke serabut saraf.
5. Kesulitan atau nyeri pada saat berkemih.
6. Pada stadium terminal akan timbul gejala akibat penyebaran sel kanker ke organ dalam, misal menyebar ke ginjal akan muncul gejala gejala sakit ginjal begitu juga kalau sudah menyebar ke paru paru akan menyebabkan gejala gejala sakit paru paru.

Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker leher rahim, yaitu :

1. Hubungan seksual atau pernikahan di usia dini
Ini merupakan resiko utama semakin muda seseorang melakukan hubungan seksual semakin tinggi resiko terkena kanker leher rahim. Menurut penelitian wanita yang melakukan hubungan seksual di usia 17 tahun mempunyai resiko 3 kali terkena kanker leher rahim bila dibandingkan dengan wanita yang melakukan hubungan sekual pada usia 20 tahun.

2. Bergonti ganti pasangan seksual
Perilaku seksual dengan gonti ganti pasangan akan meningkatkan kemungkinan penularan HPV. Resiko terkena kanker leher rahim menjadi 10 kali pada wanita dengan pasangan seksual 6 atau lebih.

3. Merokok
Wanita perokok mempunyai resiko terkena kanker leher rahim 2 kali lipat dibandingkan dengan wanita bukan perokok. Penelitian menunjukan lendir leher rahim pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat zat lain yang terkandung dalam rokok. Zat zat tersebut akan menurunkan daya tahan leher rahim disamping merupakan ko-karsinogenik infeksi virus.

4. Defisiensi Zat Gizi
Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya displasia ringan dan sedang. Pada wanita dengan konsumsi rendah beta karoten dan retinol (vitamkin A) juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker leher rahim.

5. Trauma Kronis Pada Leher Rahim
Trauma kronis pada leher rahim dspat disebabkan persalinan, infeksi, dan iritasi menahun.

Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Adalah tindakan untuk menemukan sel sel kanker sedini mungkin. Dengan deteksi dini maka harapan hidup pada wanita yang menderita kanker leher rahim akan meningkat dan resiko kematian dapat dihindari. Ada beberapa metode deteksi dini kanker leher rahim yaitu dengan cara Pap Smear dan Inspeksi Visual dengan Asam asetat (IVA).
Pap smear adalah pemeriksaan sitologi dengan sensitivitas yang cukup baik dan murah. Dengan pap smear perubahan pada sel sel leher rahim yang mengarah pada keganasan dapat terdeteksi. Sudah 50 tahun metode deteksi dini dengan papsmear sudah digunakan sebagai sarana untuk diagnostik kanker leher rahim. Teknik pap smear dilakukan dengan cara pengaambilan selaput lendir epitel leher rahim dengan spatula atau sikat halus. Kemudian lendir epitel leher rahim dioleskan pada kaca benda, kemudian dilihat dengan mikroskop apakah terdapat sel sel yang ganas atau tidak. Pap smear dilakukan setiap tahun sekali, apabila hasil tes 2-3 kali pemeriksaan negatif maka pap smear dilakukan dengan interval 3-5 tahun.
Pada daerah dengan fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada dapat dilakukan deteksi dini dengan metode Inspeksi Visual Asam asetat (IVA). IVA adalah salah satu tes untuk mengidentifikasi lesi pre-kanker. Caranya adalah dengan mengusapkan pada leher rahim asam asetat 3-5% dengan aplikator kapas lesi pre-kanker, lalu hasilnya diamati dengan mata telanjang selama 20-30 detik. Lesi pre-kanker positif apabila terlihat secara temporer berwarna lebih putih dari sekitarnya.

Pencegahan
Pencegahan selalu lebih baik dari pada mengobati, tindakan pencegahan kanker leher rahim dilakukan dengan cara imunisasi menggunakan vaksin HPV. Pasien wanita yang mendapat vaksinasi HPV tidak saja mendapat manfaat dari proteksi terhadap kanker leher rahim namun mereka juga mendapat manfaat dengan penurunan jumlah tes Papaniculou abnormal. Perlu diingat wanita yang mendapatkan vaksin HPV tetap harus menjalankan test Papaniculou karena vaksin tidak melindungi pencegahan komplit terhadap kanker leher rahim. Badan regulasi Australia, TGA (Therapeutic Goods Administration) telah merekomendasikan Cervarix yang dapat diberikan pada wanita berusia 10-45 tahun, sehingga merupakan vaksin pertama untuk pencegahan kanker leher rahim. Sementara di Indonesia saat ini masih dalam tahap penelitian untuk mengetahui jenis virus HPV dan profil daya tahan wanita indonesia. Setelah diketahui jenis virus HPV yang cocok barulah pembutan massal vaksin dilaksanakan. Bahan dasar pembuatan vaksin bukan virus HPV utuh namun bagian selubung (Capsid) virus HPV yang digunakan. Vaksin cukup dengan bagian selubungnya yang bisa memancing tubuh membentuk sistem kekebalan terhadap virus HPV.
Imunisasi HPV akan diberikan pada wanita usia 12-14 tahun melalui suntikan selama tiga kali berturut turut tiap dua bulan sekali dan dilakukan pengulangan sekali setelah sepuluh tahun kemudian. Kemudahan dalam pemberian vaksin dan tingginya angka keberhasilan menjadi keunggulan pencegahan dengan imunisasi.

Sumber : Jurnal Kedokteran Indonesia "Medika"

baca selengkapnya.....